Polisi di China dan Afrika Selatan (Afsel) menyita ribuan dosis vaksin Covid-19 palsu dan melakukan puluhan penangkapan.
Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) mengatakan di China, polisi melakukan 80 penangkapan di sebuah pabrik yang diduga membuat vaksin palsu,dan menemukan sedikitnya 3.000 dosis.
Tiga warga negara China dan seorang Zambia ditahan di sebuah gudang di Gauteng, Afsel. Di sini ditemukan ampul berisi 2.400 dosis. Tidak jelas kapan tepatnya penangkapan itu terjadi.
Tidak ada lokasi atau rincian lebih lanjut yang diberikan untuk pabrik palsu di China yang diselidiki dengan bantuan Program Barang Terlarang dan Kesehatan Global.
Penangkapan di Afsel dilaporkan oleh surat kabar Sunday Times di negara itu pada akhir Desember tahun lalu.
Dalam pernyataan pada Rabu (3/2), Interpol mengatakan pihaknya juga mendapatkan laporan tentang jaringan vaksin palsu lainnya.
Diketahui, Interpol yang berbasis di Lyon, Prancis, memfasilitasi kerja sama internasional antara pasukan polisi dan pengendalian kejahatan.
Interpol menekankan bahwa tidak ada vaksin yang disetujui “saat ini tersedia untuk dijual secara online”.
“Setiap vaksin yang diiklankan di situs web atau web gelap, tidak akan sah, tidak akan diuji dan mungkin berbahaya,” katanya.
Vaksin adalah alat penting untuk mengatasi pandemi dan persaingan ketat di seluruh dunia untuk membeli dosis yang tersedia menyusul persetujuan dari semakin banyak produk oleh otoritas medis dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut perkiraan Universitas Johns Hopkins, pandemi Covid-19 telah merenggut lebih dari 2,5 juta nyawa di seluruh dunia dan menginfeksi hampir 115 juta orang,
Di Germiston, Gauteng, Afsel, polisi menemukan sekitar 400 botol – setara dengan sekitar 2.400 dosis – vaksin palsu serta “sejumlah besar” masker 3M palsu.
Juru bicara kepolisian Afsel Brigadir Vish Naidoo, mengatakan kerja sama dengan negara anggota Interpol lainnya terbukti “sangat efektif”, seperti yang disaksikan oleh “penangkapan warga negara asing yang mencoba menjajakan vaksin palsu kepada orang-orang yang tidak menaruh curiga di Afsel”.
Afsel baru mulai memvaksinasi pada 17 Februari lalu setelah kekhawatiran atas kemanjuran vaksin terhadap varian baru Covid-19.
Sementara itu, seorang juru bicara kementerian keamanan publik China mengatakan polisi di sana sedang melakukan “kampanye bertarget untuk mencegah dan menindak kejahatan yang berkaitan dengan vaksin” dan akan meningkatkan kerja sama yang konstruktif dengan Interpol dan polisi di negara lain untuk secara efektif mencegah kejahatan semacam itu.
Sekretaris Jenderal Interpol Jürgen Stock mengatakan sementara operasi polisi di China dan Afsel disambut baik, ini “hanya puncak gunung es” ketika berhubungan dengan kejahatan terkait vaksin Covid-19.
Pada Desember tahun lalu, Interpol mengeluarkan peringatan siaga global di 194 negara anggotanya untuk mempersiapkan jaringan kejahatan terorganisir yang menargetkan vaksin Covid-19, dan memberikan saran tentang cara mengenali produk medis palsu.
Bulan lalu, China menangkap pemimpin penipuan bernilai jutaan dolar yang menyatakan larutan garam dan air mineral sebagai vaksin Covid-19.
Tersangka, yang diidentifikasi hanya sebagai Kong, telah meneliti desain kemasan vaksin asli sebelum membuat lebih dari 58.000 dosisnya sendiri. Dia termasuk di antara 70 orang yang ditangkap karena kejahatan serupa.
Menurut putusan pengadilan, Kong dan timnya telah mendapat untung sebesar 18 juta yuan (Rp40 miliar) dengan memasukkan larutan garam atau air mineral ke dalam jarum suntik dan menjualnya sebagai vaksin Covid-19.
Sejumlah vaksin palsu diselundupkan ke luar negeri tetapi tidak diketahui ke mana akan dikirim.
Dalam sebuah kasus di Meksiko bulan lalu, polisi menangkap enam orang karena diduga memperdagangkan vaksin Covid-19 palsu di negara bagian perbatasan utara Nuevo León.
Para tersangka dikatakan telah menawarkan vaksin untuk dijual dengan harga sekitar USD2.000 (Rp28 juta) per dosis di sebuah klinik di pinggiran kota Monterrey.*
(sumber: okezone.com)