ANAMBAS (HK) – Petani di Kecamatan Jemaja mengeluhkan terbatasnya pupuk bersubsidi dipasaran. Hal ini dikarenakan pasokan pupuk bersubsidi ke Anambas dibatasi, sehingga jadi rebutan.
“Aduh pupuk bersubsidi di Jemaja ini terbatas, terpaksa saya beli pupuk tak bersubsidi meski mahal karena butuh buat pupuk,” ujar Rumadi salah seorang Petani padi di Kecamatan Jemaja, Kamis (3/10).
Menurutnya, bahwa kelangkaan pupuk bersubsidi masih menjadi masalah serius yang dihadapi petani di Anambas. Padahal kebutuhan pupuk yang semakin meningkat, sementara stok terbatas, sehingga kerap terjadi kelangkaan. Ia juga menyayangkan kelangkaan yang kerap terjadi justru pada musim tanam.
“Saat musim tanam tiba terkadang pupuk bersubsudi ini tiba-tiba sulit didapatkan, meski ada stoknya terbatas sehingga kita berebut. Bila beli pupuk tak bersubsidi harganya cukup mahal,” katanya.
Sementara lahan pertanian di Kecamatan Jemaja seluas 341 hektar, dan setiap 3 bulannya menghasilkan 5 Ton beras produksi lokal untuk dijual ke masyarakat setempat.
Lahan di Jemaja termasuk tanah yang cukup subur, menjadikan Kecamatan Jemaja ini sudah bisa memproduksi hasil pangan sendiri. 70 persen lahan persawahan pun sudah bisa dialiri air.
Para petani mendapat pasokan subsidi pupuk pertahunnya hanya 20 ton. Namun kebutuhan yang harus dicukupi seharusnya minimal 50 ton.
Namun untuk mengatasi kelangkan pupuk oraganik ini, pihak Pemkab Anambas telah memberikan pelatihan kepada para petani dalam upaya pengembangan padi dan palawija, pelatihan alsintan (alat mesin pertanian), biogas, peternakan, pelatihan pengembangan tanaman semusim.
Sementara untuk peralatan yang digunakan petani sudah dilengkapi dengan alat yang modern. Hanya saja yang harus dibenahi sumber daya manusia (SDM) nya yaitu petani itu sendiri. Oleh sebab itu diadakan penyuluhan setiap ada kesempatan. (hk/dbs)